SUDAH selayaknya
ihwal keinsyafan itu tidak hanya dipendam, melainkan terus diejawantahkan ke
dalam bentuk-bentuk kreatif konkrit karya cipta. Menulis sastra adalah salah
satu bentuk tindakan konkrit penyadaran sesama manusia melalui estetika
kata-kata. Hingga kegelisahan seseorang dapat tersalur dalam tulisan itu
menjadi energi yang mengalir deras tak terbendung merasuk ke dalam akar jiwa
pembaca.
Di dunia ini tidak
ada yang lebih pantas diharap-harap atau didamba-damba, selain perubahan.
Karena perubahan pengaruhnya sangat besar terhadap realitas kehidupan.
Perubahan membentuk sebab-akibat yang signifikan. Menurut Misbahus Suru,
penulis pengantar ahli dalam buku “Sastra Perlawanan”. Asalkan perubahan yang
dilakukan tidak hanya lewat “isak”, tapi juga lewat kata-kata bijak penulis
yang membangkitkan gerak. Gerak yang ibarat angin dapat mengibaskan api kebatilan
guna menyibakkan tata hidup sosial yang gelap menjadi lebih terang. Berbicara
soal sastra, tentu hal itu senada dengan bahasa Rendra, “sastra adalah
pelaksanaan kata-kata”, yaitu untuk mencapai pemenuhan aktualisasi diri,
sekaligus untuk membendung yang kontra diksi.
http://www.riaupos.co/2196-spesial-menggugat-kapitalisme-dengan-keberanian-sastra.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar