![]() |
| Aji Habibi |
Sebagai
gerakan moral dan intelektual terus mencari figu-figur teladan yang sesuai dengan tuntutan zaman,
PMII selalu berupaya agar kader-kadernya bisa memberikan yang terbaik
untuk bangsa dan negara. Sebagai mahasiswa, PMII punya beban dan tanggung jawab
moral, untuk tidak hanya memikirkan kesuksesan pribadi dalam belajar.
Kader-kader PMII diharapkan tidak hanya memikirkan kesuksesan pribadi.
Peradaban Teknologi Untuk Menjadi Mahasiswa Mandiri
Sebagai Negara berkembang,
Indonesia sesungguhnya memiliki potensi yang luar biasa. Sumber daya alam yang
melimpah adalah salah satunya. Kandungan zat mineral dengan berbagai jenisnya,
tertimbun di dalam bumi Indonesia berabad-abad lamanya. Tak hanya gas bumi; emas,
perak, timah, bauksit, pasir besi, dan berbagai jenis tembaga lainnya, siap
dipanen dan dimanfaatkan. Indonesia juga memiliki hutan yang kaya akan flora
dan fauna. Keanekaragaman hayati itu menjanjikan kemakmuran bagi seluruh rakyat
Indonesia.
Untuk itulah, diperlukan
perangkat teknologi canggih agar dapat mengolah segala kekayaan alam tersebut.
Dengan teknologi, kekayaan alam yang tak terjamah oleh tangan manusia, bisa
dikelola sehingga menjadi barang berharga. Perangkat teknologi inilah yang membantu
manusia untuk meneropong masa depannya. Apalagi untuk konteks Indonesia yang
wilayahnya begitu luas, teknologi menjadi perangkat penting yang kehadirannya
ditunggu untuk kemajuan bangsa.
Di dalam sistem perekonomian,
industri adalah suatu keniscayaan. Teknologi tanpa Industri? Ya sama saja omong
kosong. Teknologi dan Industri adalah dua sisi mata uang. Teknologi diperlukan
bagi peningkatan nilai tambah dan sekaligus sebagai perangkat menuju akselerasi
ekonomi. Perekonomian tanpa Teknologi akan kehilangan daya saingnya. Teknologi
adalah mikro ekonomi dari suatu sistem perekonomian.
Dari kajian pada berbagai negara
yang maju karena industrinya, dapat kita peroleh adanya suatu ciri yang
spesifik, yaitu pembangunan dan pengembangan industri-industri mereka jelas
menunjukkan prinsip penggunaan dan pengembangan Teknologi, didukung penuh oleh
kebijakan pemerintahnya. Termasuk didalamnya berbagai macam bentuk insentif
yang diberikan oleh pemerintah. Pada dasarnya semua negara industri menjalani
jalur (path) yang sama. Komitmen dan kebijakan Pimpinan Tertinggi Negara
memegang peran sangat mutlak bagi kemajuan industri nasionalnya yang berbasis
Teknologi.
Kemandirian Mahasiswa
Zaman….kepada siapapun kita
tanyakan, saya yakin mereka akan mengerti. Zaman adalah suatu masa yang
terjadi, begitu salah seorang sahabat saja menjelaskan.Membicarakan zaman
berarti berbicara tentang ciri yang terjadi pada masa tersebut… begitu seorang
sahabat saya yang lain menimpali.
Zaman tentu saja hadir dan ada
nyata bersama kita. Tetapi mari tanpa melupakan masa lalu kita sejenak mencoba
menerawang ke masa depan. Masa yang tentu saja masih abu-abu . Mencoba belajar
untuk menemukan ketidakpastian dari apa yang kita hadapi sekarang ini. Dalam
persepektif mahasiswa, menurut saya abu-abu berarti kepastian yang harus
dibuktikan.
Perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi yang ditandai dengan cepatnya akses informasi, bangunan-bangunan
tinggi dan megah sebagai bentuk eksistensi yang tak terbantahkan. Menjulang
tinggi seolah ingin mengatakan langit di atasku tinggal sedikit lagi.
Perkembangan ilmu dan teknologi
memang akan berdampak pada kehidupan kita. Masyarakat akan cenderung konsumtif
dan juga cenderung tidak perduli. Liberalism, diajarkan atau tidak . Di doktrin
ataupun tidak pasti akan tumbuh dan berkembang dengan sendirinya. Karena
terlalu banyak hal yang secara tidak langsung mendukung perkembangannya. Tengok
saja media televisi kita, kekerasan, kesenjangan kaya dan miskin, trik-trik
kejahatan selalu menjadi suguhan tiap hari kita. Pembangunan
pertokoan-pertokoan mewan yang terkadang akan mengerdilkan pasar-pasar
tradisional dimana nilai shillaturrahmi masih bisa kita temukan disamping hanya
sekedar jual beli.
Ini realita yang harus kita
terima. Karena itu akan lebih baik dari hanya sekedar teriak-teriak tentang
buruknya liberalism. Memikirkan apa yang perlu kita lakukan ke depan akan lebih
baik dari pada hanya berkutat pada persoalan-persoalan yang tidak ada nilai
kemanfaatanya.
Kembali pada judul yang penulis
buat. Kemandirian adalah sebuah keharusan. Jikalau kita berkaca pada
negara-negara yang sudah lebih dulu maju dari kita. Kita akan temukan bahwa
mereka (mahasiswa) akan berusaha mengimbangi kemajuan daerahnya dengan berbuat.
Artinya mereka datang ke kampus tidak hanya dengan satu pemikiran saja yakni
belajar. Tetapi di bagian lain pemikiran mereka adalah bagaimana mereka
membiayai biaya kuliah mereka dengan usaha mereka sendiri. Bekerja paruh waktu,
adalah solusi terbaik dan terbanyak yang dilakukan oleh mereka. Itu karena
lowongan kerja sangatlah banyak tersedia. Tetapi melihat daerah kita sendiri
meskipun sekarang masih belum terlalu banyak lowongan kerja yang membutuhakan
tenaga mahasiswa. Tetapi ke depan itu pasti akan ada. Dan mahasiswa harus bisa
melihat itu. Bagaimana mahasiswa bisa berfikir untuk berbuat sesuatu yang
lebih. Tentu saja dengan managemen waktu yang baik pula.
Paradigma pemikiran-pemikiran
mahasiswa sudah selayaknya juga harus berubah. Tidak hanya berfikir tentang
idealisme tetapi mulai berfikir tentang hal apa sesungguhnya yang bisa
dilakukan. Tidak mampu bertahan berarti mati kata seorang sahabat saya yang
seorang pengusaha kecil-kecilan. Tentu saja anda tidak mau mati sia-sia tanpa
membuat suatu hal yang bisa bermanfaat untuk hidup anda sendiri.
Berangkat dari pemahaman di
atas. Sudah waktunya kita mulai melihat berbagai macam peluang di sekitar kita
yang mungkin bisa dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Misalnya saja upaya
menjemput Program Kreativitas Mahasiswa ( PKM ) yang salah satunya tentang
kewirausahaan (PKM-K), dengan mengikuti persayaratan-persayaratan yang diminta
semoga ada upaya dukungan dari lembaga sehingga ini bisa menjadi jalan para
mahasiswa untuk berbuat lebih.
Yang jelas, upaya memperluas
pengetahuan seluas-luasnya perlu kita lakukan karena tidak ada jaminan meski
kita berstatus mahasiswa di sebuah Perguruan Tinggi Keguruan, ketika tamat
nanti kita akan menjadi seorang guru. Ini bukan mengerdilkan semangat anda
untuk menjadi guru. Tetapi paling tidak kita telah mencoba memikirkan berbagai
macam kemungkinan ke depan, apa yang bisa kita lakukan. Di tengah berbagai
persoalan yang ada; biaya kuliah yang melangit, dosen yang mungkin jarang
masuk, materi kuliah yang terasa sudah tidak cocok diajarkan di bangku kuliah;
dan seabrek persoalan lainnya. Sudah selayaknya kita memikirkan jalan terbaik
yang tentu saja membawa manfaat untuk kita.
Sederhananya, kita punya waktu 4 tahun atau mungkin 5 tahun untuk belajar.
Dengan 16 -17 jam perminggu. Sedangkan dalam satu minggu ada berapa
jam yang ada. seberapa baik kita mengelola waktu yang ada.apakah sisanya kita
pakai untuk mengisi perpustakaan (meski ada yang mengatakan perpustakaan kita
tidak lengkap padahal belum tentu mereka pernah membaca buku di perpustakaan)
,menghabisakan waktu untuk berselancar di dunia maya, berdiskusi, aktif di
kegiatan organisasi, meningkatkan kualitas keimanan dengan menghadiri
majelis-majelis ilmu atau hanya tidur-tiduran di kamar sembari melamun
memikirkan si dia.
Penulis adalah Pengurus Cabang Bidang I Kaderisasi dan
Pengembangan SDA PMII Kota Malang 2013-2014




Tidak ada komentar:
Posting Komentar