Breaking News
Flag Counter

Selasa, 16 April 2013

Sajak-Sajak Mawardi Stiawan


SETELAH HUJAN DARI MATAMU     

Ketika itu, Ma
Hujan yang baru turun dari matamu
Menggugurkan segala rasa di dada
Dan aku malu pada waktu itu, Ma
Sebab aku telah lama
di diamkan angin menjadi batu
yang tak mampu lagi memainkan lagu rindumu-rinduku sendiri
seperti syairku yang pupus dalam perjalanan di hilir kemudian


sementara di luar sana, Ma
ombak semakin menjadi saja
menghantam dadaku
hingga denyut jantungku hanya mentasbihkanmu
tapi angin itu begitu kencang memainkan perasaan ini
seperti daun-daun yang gugur
karena sepuh atau begitu  kencang angin memainkannya di atas sana

dan kelak, Ma
di akhir-akhir perjalanan hujan airmatamu itu
kembali ku lukiskan wajah matahari
puisi tentang kita dari sejarah hari yang di sepikan
agar perjalanannya menjadi sejahterah di rasa

Malang, 27 Oktober 2011

RISAUKU

Sore itu awan pekat melekat erat
Diantara gugusan matahari yang tidur
Tapi adakah yang mendengkur?
Saat angin begitu lihai memainkan airmata langit
Hingga airmataku-matamu pun bersanding
Jika teramat panjang perjalanannya
Malang,28 Okober 2011

PESTA AIRMATA

Lihatlah, ray
Angin di atas itu
Kini telah bersatu kembali
Meredupkan tatapan matahari
Setelah itu di lengking alis matamu pun
Puisiku gagal mengantarkan salam padamu
Lalu pada siapa aku titipka rasa ini?
Ataukah aku lembar saja ke laut
Biar ombak dan gelombang di dadaku
Sah memeluk kesunyian

Sementara di luar sana, ray
Aku takut sekali halilintar itu menyambarku
Dengan kemarahannya
Dan akhirnya hujan itu turun
Hingga mata yang dulu terbiasa berbinar-binar
Kini menjadi sirna

Tahukah engkau pada waktu itu?
Di dadaku pun banjir emosi
Rasanya sesak sekali
Dan di mataku kembali bengkak
Karena terlalu panjang airmata itu mengalir
Hingga rasa kembali terkubur masa
Dari perjalanan itu kelak
Aku hanya ingin terus mendengkur
Bersama puisiku dari pesta airmata ini

Malang, 02 November 2011

RASA INI

Di lentik matamu, Ray
Ikan-ikan itu terus berlayar
Entah kepada siapakah ia akan menyelami kerinduan ini?
Ataukah dia akan tenggelam bersama rasa ini?
Saat ombak dan gelombang menghantam dadaku
Dan rasanya perih sekali
hingga aku tak lagi menemukan cahaya purnama di malam hari
setelah malam itu dari matamu sendiri
yang tersisa hanyalah lembaran hujan dan sejarah luka-luka

di penghujung malammu kelak
Aku ingin sekali mengajakmu menyelam kembali
Hingga kesunyian itu terkubur dalam diri

Malang, 02 November 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar




Designed By