Di pagi yang
cerah matahari muncul dengan sinarnya yang begitu indah, burung-burung pun
bernyanyi riang dengan kicauan yang syahdu, dan di pagi itu ku mencoba bertanya
pada burung, namun sungguh tiada kumengerti karena jawaban yang kutemui
hanyalah kebisuan belaka pada akhirnya aku bertanya pada angin yang bersemilir,
tapi yang aku dapatkan hanyalah kebingungan.
Waktu terus berputar dan matahari
semakin meninggi di atas atap rumahku, namun aku masih tetap saja duduk
termenung sendirian, tiba-tiba terdengar suara di belakangku, aku terkejut
mendengar suara-suara itu, lula aku menolehnya kebelakang, ternyata di
belakangku ada seorang yang memperhatikan sikapku lalu orang itu bertanya
padaku.
“kenapa aku perhatiin dari tadi kamu
bengung sendiriaan disitu?” tapi aku tak menjawab sepatah katapun dari
pertanyaannya, aku tetap saja diam dan membisu, pada ahirnya orang itu bertanya
lagi.
“apa kamu lagi punya masalah ?”
“tidak,” jawabku berbohong.
Keadaan semakin henning, hembusan
angin semakin kencang menerpa tubuhku, orang itu tetap saja duduk disampingku,
lalu berkata
“kalau
kamu punya masalah jangan dipendam sendirian, nanti kamu bisa stres,” katanya
dengan nada peringatan.
“sesungguhnya
selama ini aku telah memendam cinta dalam hati yang tak dapat aku tuangkan
kedalam lautan.” Jawabku
Pada
saat itu pula aku titipkan salam pada angin yang menerpa, menghantarkan
kedinginan yang menyelinap dalam ruang telingaku. Hatiku kesepian jika tak
mendengar suaranya,jia ku gelisah jika ia jauh dariku,dalam hati ini selalu
terbayang indah senyum manisnya,ingin
rasanya aku datang untuk memeluk dia sampai aku bisa merasakan kehangatanserta
mengucapkan seuntai katadari lubuk hati yang paling dalam bahwa diriku sangat
mencintai nya.
Kenapa
mataku sangat sulit untukk aku pejamkanbila dirinya tiada di sisiku,jiwa oini
selalu resah dan gelisah bila sedetik aku tak melihat wajahnya,kenapa
hari-hariku menjadi sunyi mencekam bila indah suaranya tiad tergiang di
telingaku,mengapa hidupku seperti tiada arti lagi bila dirinya tidak akan aku
miliki.
Andai
waktu yng aku punya dan syair-syair rindu yang aku jubah dapat aku
titipkan lewat hembusan angin maka
lihatlah betapa remuk redam hatiku ini karena meng harapkan kehadiran dirinya.
Setiap
aku memandang la ngit ku bayangkandia hadir di depanku,ku tatap wajahnya lewt
desah nya yang bisu dan seolah aku terbawa pada pesona matanya yang memberiku
selaksa ceria dan di manapun aku berada
suaranya selalu termani aku,kemanapun aku pergi bayanganmya selalu
menghantui,bagiku bersamanya adalah sebuah keindahan yang tak bisa aku
nuktahkan dalam gambaran apapun.
“kau
dewiku,dirimu selaksa bidadari yang selalu tamani langkahku.dari sekian banyak
wanita yang aku kenal hanya dirimu yang ada dalam hatiku,sudikah kiranya kau
memberi kesempatanpadaku untuk mencintai mu?”ucapannya sebulan yang lalu.
Aku
tak sanggup berucap sepatah katapun dari pertanyaannya,aku hanya bisa berlari
sambil tersenyum meninggalkannya.
Sepinya
malam menyeret lamunanku tak tertuju pada yang lain hanya kata-kata dia yang
menjelma dalam fikiranku seribu hembusan angin membawa kabar gembira,seribu
getaran yang ada di jiwa membawa simponi tanda cinta.namun masihkah dia
balaskan atas tulusnya cintaku padanya yang semakin menjadi di lubuk hatiku.
Bila
senja mulai memerah,senja pun beranjak mulai terukir sebuah rasa yang tak di duga,itu adalah
sebuah kerinduhan yang mengikis pantai
hatiku.
Angin
mulai mengepul kencang di saat aku tergeletak kaku diatas ranjang, namun mataku
belum juga bisa kupejamkan, entah karena apa malam itu aku belum juga bisa
untuk memejamkan mata, wajah dan kata-kata dia selalu menghantui perasaanku.
Kini
hari-hari telah lewat bahkan satu bulanpun telah berlalu aku tak menemukan
kembali sosok pria itu, kemanakah dia menghilang tiada kabar berita, mengapa
dia pergi disaat aku menyayanginya.
“apakah
aku telah menggores luka dalam hatinya?”
Sejak
aku kehilangan rasa aman dan kasih sayang serta mersa sendirian, tiada memiliki
siapa-siapa kecuali foto yang pernah ia berkan padaku yang setiap saat ku
pandangi dan tak rela debu menghinggapinya.
Kau
orang yang pertma datang memberikan simpati dan kasih sayang bahkan cinta jiwa,
ragamu. Aku tau kau menitesakn air mata yang tak kan pernah habis meski di
telan masa
Semua
ini salahku, mengapa aku dulu terlalu bodoh dan tak punya keberanian untuk
mengungkapkan rasa cintaku padanya, aku tak tau bagaimana harus mengatakan yang
aku rasakan, aku selalu mengingatnya bahkan merindukannya.
Dikala
daun yang terahir lepas melayang jatuh kebumi suatu saat senja kemarau lalu
terjadi putuslah sudah rantai kasih yang telah kita jalani bersama, sejak tujuh
belas purnama yang lalu seiring berahirnya tahun ini.
Dulu
aku sangat terpaksa mengenal cinta, tapi kini disaat aku berenang didalamnya
sungguh kau membuatku murka dan kini jiwaku lenyap terombang ambing oleh musim
dan peristiwa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar