Hati siapa yang tidak bahagia jika
bisa menikmati bangku perkuliahan. Jika ditanya, semua pasti menjawab
ingin merasakan hal serupa. Tetapi apakah mereka sadar duduk di bangku
perkuliahan seperti kita sedang memikul beban negara. Kenapa saya berkata begitu?
Karena pada merekalah negara ini
dipertaruhkan dan diembankan. Maka sangat ironis sekali ketika selama menjadi
mahasiswa, waktru hanya diisi dengan hal-hal yang
bersifat hedonis belaka. Padahal disadari atau tidak merekalah sebaga penerus dari generasi tua yang saat
ini menjabat sebagai Presiden, DPR, MPR, Bupati dan lain sebagainya. Di tangn mahasiswalah yang akan
menggantikan semua itu suatu saat nanti.
Maka apa jadinya negara ini, jika
mahasiswanya lebih memilih hidup santai, jalan-jalan yang tidak ada tujuannya,
belajar tidak belajar, kuliah tidak serius. Padahal dalam sisi yang berbeda,
hidup hedonis seperti yang saya katakan diatas hanya merugikan banyak orang,
terutama orang tua yang sudah banyak mengeluarkan biaya untuk membiayai selama
kuliah. Di samping itu, kitalah yang rugi, umur semakin berkurang dan uang hanya
dihamburkan begitu saja. Setidaknya refrentasi selama
kuliah akan menjadi pandangan awal siapa diri kita yang selanjutnya.
Mahasiswa, sebuah sebutan yang begitu
menggetarkan kedengarannya di telinga. Sebab label ini merupakan pergantian
dari siswa jadi maha dan siswa. Maka bisa dkatakan mahasiswa jika diartikan
secara gamblangnya antara maha dan siswa, dan maha itu besar. Posisi yang
sangat signifikan sekali untuk membangun profesionalitas diri. Sebab hidup yang
ditata mulai awal akan memudahkan jalan untuk melangkah ke depan. Menjadi
mahasiswa yang hanya datang ke kampus lalu pulang, tanpa ada beban sedikit pun
yang mereka pikirkan. Misalkan, saya berangkat dari jauh, apalagi sampai
meninggalkan kampung sendiri yang pada niat awalnya untuk mencari ilmu. Ketika
sudah sampai ke kampus tidak malah kepikiran masalalu. Hari ini apa yang saya
dapatkan di kampus, sudah benarkah apa yang saya lakukan, apakah saya
sudah melakukan yang terbaik untuk membangun masa depan yang lebih baik,
setidaknya untuk diri sendiri dan keluarga. Inilah kadang yang banyak
terlupakan. Niat yang sudah dibangun dari awal ketika mau berangkat merantau ke
perguruan tinggi.
Malas, ya inilah salah satu penyakit
yang paling besar untuk kita lawan atau kita musnahkan. Mulai malas mau
belajar, malas mau ke kampus, malas mau baca buku, malas dan malas lainnya.
Jika rasa malas ini dibiarkan terus mengakar dalam diri, hal ini akan menjadi
bumerang untuk menggapai masa depan yang lebih cerah. Maka lawanlah rasa itu,
walau sebenarnya itu sangat sulit dan susah. Hal ini selaras dengan pepatah
mengatakan: berakit-rakit dahulu, berenang ketepian. Sakit-sakit dahulu,
bersenang-senang kemudian. Peribahasa yang sederhana, namun begitu
besar manfaatnya jika dipahami lebih mendalam.
Sementara manajemen diri yang
baik adalah jika hal tersebut dibangun mulai sejak awal duduk di bangku kuliah. Kelak
hal ini akan melahirkan kekuatan besar. Manajemen diri bisa dianalogikan
seperti orang yang sedang menanam bunga. Jika dari awal kita merawat bunga
dengan baik, tidak pernah dibiarkan kekurangan air sedikit pun, ketika ada ulat
dan serangga lainnya kita ambil dan kita singkirkan dari bunga itu, maka kelak
bisa dipastikan bunga itu akan tumbuh subur dan enak dipandang, harumnya akan
menyebar kemana-mana. Sehingga kumbang dan kupu yang jauh akan mencium pula
harum wangi yang ditebarkan. Ya, begitu pula dengan kehidupan mahasiswa.
Inilah saatnya kita membangun image yang baik dari label yang sedang kita
sandang. Sebab tidak semua orang bisa merasakan kesempatan menjadi mahasiswa.
Bersyukurlah karena kita masih diberi kesempatan untuk menikmati kesempatan
ini. Salah satunya adalah dengan belajar yang baik, belajar berorganisasi yang
baik, bergaul yang baik dan mempelajari banyak hal positif lainnya yang belum
kita ketahui. Mari menata diri menuju masa depan yang lebih baik.
Penulis: Mawardi
Pengurus Komisariat BIDANG II, Biro
Sosial Kemasyarakatan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar